Zara Dituduh Menggunakan Isu Genosida Palestina sebagai Kampanye Terbaru, Banyak Panggilan untuk Boikot Menyusul

by -192 Views

Senin, 11 Desember 2023 – 04:33 WIB

VIVA Trending – Merek pakaian asal Spanyol, Zara, baru-baru ini menjadi salah satu merek yang ikut dalam boikot secara multinasional, karena kampanye terbaru mereka.

Merek ini memicu kontroversi setelah peluncuran koleksi barunya yang diduga menggambarkan kejadian nahas genosida di Gaza, yang mana saat ini tengah dilanda perang.

Potret-potret dari campaign promosi koleksi tersebut bernama “The Jacket,” memperlihatkan manekin yang dibungkus dengan kain putih dan plastik. Banyak yang mengatakan bahwa gambar tersebut terlihat mirip dengan gambar jenazah yang dibungkus dengan kain pemakaman tradisional serba putih di Gaza serta peta Palestina yang terbalik.

Tak hanya itu, Zara juga membuat penggunaan simbol dan adegan penghancuran untuk kampanye tersebut, yang mana menggambarkan persis seperti bangunan yang hancur di Gaza. Zara menegaskan bahwa fokus kampanye mereka adalah pada desain, namun gambar yang ditampilkan memicu reaksi keras.

“Menggunakan kematian dan kehancuran sebagai latar belakang fesyen adalah hal yang sangat mengerikan Ini seharusnya membuat kita marah sebagai konsumen. Boikot Zara,” tulis seniman Palestina Hazem Harb di Instagram-nya, melansir Morocco World News, Senin, 10 Desember 2023.

Banyak orang lain yang menyuarakan rasa frustrasi dan kemarahan mereka, menyerukan boikot terhadap merek tersebut karena sikap tidak hormat yang ditunjukkan di tengah situasi di Gaza. “Penderitaan kami bukanlah Estetika. Anak-anak kami yang sekarat bukanlah sumber inspirasi Anda. Harusnya kalian malu,” tulis warga Palestina lainnya.

Ini bukan pertama kalinya Zara menghadapi kecaman terkait konflik Israel-Palestina. Pada Oktober 2022, warga Palestina memulai kampanye boikot setelah pemegang hak Zara di Israel menyatakan dukungannya terhadap partai ekstremis Pasukan Yahudi.

Merek-merek tersebut antara lain McDonalds, KFC, Starbucks, dan H&M.

Banyak laporan menunjukkan bahwa boikot berdampak pada penjualan perusahaan, termasuk Starbucks. Awal pekan ini, laporan mengatakan bahwa Starbucks kehilangan $11 miliar karena penjualan yang buruk, pemogokan, dan boikot.