Kamis, 21 Desember 2023 – 15:33 WIB
VIVA Trending – Merokok adalah kebiasaan yang sangat sulit dihindari. Meskipun berdampak buruk bagi kesehatan, kebiasaan ini masih digemari oleh semua kalangan.
Tidak hanya orang dewasa, remaja usia 10-18 tahun juga tertarik untuk mencoba kebiasaan ini. Terlebih lagi, prevalensi remaja perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahun.
Bahkan di usia yang masih terlalu muda, remaja usia 10-18 tahun rela menghabiskan uang jajan mereka hanya untuk membeli rokok.
Dalam sebuah riset, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) mencatat bahwa siswa SMP dan SMA menghabiskan uang hingga Rp200.000 perminggu hanya untuk membeli rokok.
Hal ini menjadi bukti bahwa konsumsi rokok pada remaja di Indonesia sangat tinggi. Lebih lanjut, CISDI juga menemukan bahwa 70% siswa SMP-SMA mengakui membeli rokok batangan saat mencoba rokok pertama kali dan juga pembelian dalam 30 hari terakhir saat diwawancarai.
Intensitas pembelian rokok batangan oleh remaja tentu tidak lepas dari kebiasaan merokok tidak rutin dan merokok 5 batang atau kurang sehari.
Menanggapi hal ini, ada juga riset yang menunjukkan bahwa banyak remaja tergiur dan ingin mencoba untuk terus-menerus membeli rokok. Hal ini tentu tidak lepas dari pengaruh lingkungan tempat kita berada, maupun diperjualbelikannya rokok batangan hingga tersedia di mana-mana.
Hasil diskusi kelompok fokus dengan 49 remaja menunjukkan bahwa kebanyakan dari mereka bisa mendapatkan rokok dari warung-warung kecil di sekitar sekolah dengan harga paling rendah sekitar Rp1.000 per batang. Pembelian rokok batangan murah secara berulang membuat remaja mengeluarkan uang antara Rp30.000 hingga Rp200.000 setiap minggu.
Adanya penemuan dari CISDI ini langsung menuai beragam reaksi warganet di media sosial. Banyak yang memberikan tanggapan tentang kebiasaan merokok pada remaja dan bahayanya.
Halaman Selanjutnya
“Dengan pola merokok ini, dapat dikatakan konsumsi rokok batangan berhubungan dengan tahap eksperimen pada remaja, sebuah tahapan yang menggiring seseorang menjadi pecandu dan rutin merokok,” terang Chief of Research and Policy CISDI, Olivia Herlinda mengutip salah satu sumber.