Jumat, 21 Juni 2024 – 17:21 WIB
VIVA – Seorang remaja bernama DMS (18) secara viral harus berada di dalam penjara. Hal ini karena dia melakukan penganiayaan terhadap seorang remaja bernama AP (14) yang akhirnya meninggal dunia dalam tawuran.
Baca Juga :
Polda Metro Tangkap 4 Orang Pembuat Uang Palsu Senilai Rp 22 Miliar
Pelaku menggunakan kayu balok untuk menghajar korban saat pertikaian antar kelompok terjadi di Jalan Kamal Raya, Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat, pada Sabtu, 8 Juni 2024.
Motif DMS dalam penganiayaan korban dengan kayu balok ini karena merasa kesal setelah menyaksikan tawuran di sekitar rumahnya. Akibatnya, pelaku harus mendekam di dalam penjara karena perbuatannya.
Baca Juga :
4 Siswi SMP Keroyok Temannya di Bekasi, Alasannya Kesal Dituduh Mesum
Walau demikian, tindakan brutal pelaku justru mendapat dukungan dari para netizen. Pasalnya, aksi tawuran yang sering terjadi telah sangat meresahkan warga dan mengganggu aktivitas sehari-hari mereka.
“Memang sudah menjadi risiko, jika tidak kena dari warga, pasti kena dari lawanmu. Jika ingin aman dan panjang umur, diam saja di rumah, pergilah ke sekolah belajar dengan baik,” tulis seorang netizen di kolom komentar.
Baca Juga :
Mengerikan, Hasil CT Scan Ungkap Wajah Pasien Dipenuhi Ratusan Susuk
“Dulu dekat rumah ada tawuran, RW secara halus menggunakan tangan kosong membubarkan, tapi matanya buta karena dianiaya menggunakan gir motor…,” komentar netizen lain mengenai video tersebut.
“Bagus, saya memberikan penghormatan untuk pelaku. Terima kasih sudah membawa anak-anak yang rajin tawuran ke tujuannya,” tambah netizen lainnya.
“Jika remaja melakukan tawuran, apakah mereka siap mati? Mengapa mereka harus dituntut? Itu pilihan remaja. Jika tidak mati oleh lawan, pasti mati oleh polisi atau oleh warga yang membubarkan. Jika tidak ingin mati, maka tinggallah di rumah menjadi anak yang baik.”
“Seharusnya bukan pelaku, tetapi pahlawan. Yang sebenarnya yang melakukan tawuran adalah pelaku,” tambah yang lain.
“Pelaku adalah pahlawan yang membawa balok.”
“Semangat saudaraku.”
“Saya mendukung yang membawa balok, bagaimana jika yang membawa balok adalah ibu-ibu atau bapak-bapak?”
“Jika membubarkan dengan mulut, maka akan selesai. Membubarkan tawuran dengan tangan kosong malah diserang dengan cecunguk dan gir. Risiko dari tawuran adalah mati oleh lawan atau oleh warga..,” kata yang lain.
Baca artikel VIVA Trending menarik lainnya di tautan ini.
Halaman Selanjutnya
“Bagus, saya memberikan penghormatan untuk pelaku. Terima kasih sudah membawa anak-anak yang rajin tawuran ke tujuannya,” tambah netizen lainnya.“Jika remaja melakukan tawuran, apakah mereka siap mati? Mengapa mereka harus dituntut? Itu pilihan remaja. Jika tidak mati oleh lawan, pasti mati oleh polisi atau oleh warga yang membubarkan. Jika tidak ingin mati, maka tinggal di rumah menjadi anak yang baik.”