Sebelum China, Anies Baswedan Rupanya Telah Memiliki Konsep Persatuan Palestina Melawan Israel

by -177 Views

Kamis, 25 Juli 2024 – 00:00 WIB

VIVA – Berita menggembirakan datang dari Beijing, China. Sebanyak 14 faksi di Palestina, termasuk Hamas dan Fatah, telah setuju untuk menandatangani Deklarasi Beijing dengan tujuan mengakhiri perpecahan dan memperkuat persatuan nasional.

Dalam konferensi pers di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengungkapkan bahwa ini merupakan kali pertama seluruh 14 faksi Palestina berkumpul dan melakukan pembicaraan untuk rekonsiliasi.

Deklarasi Beijing ini dicapai setelah pembicaraan antara perwakilan 14 faksi Palestina, termasuk Fatah dan Hamas, yang diadakan di Beijing pada 21-23 Juli 2024.

Penandatanganan rekonsiliasi berlangsung di Wisma Negara Diaoyutai, disaksikan oleh Menteri Luar Negeri China serta perwakilan dari Mesir, Aljazair, Arab Saudi, Qatar, Yordania, Suriah, Lebanon, Rusia, dan Turki.

Hasil paling penting dari perundingan ini adalah tercapainya rekonsiliasi dan persatuan di antara 14 faksi tersebut, serta penegasan kembali bahwa Palestine Liberation Organization (PLO) adalah satu-satunya perwakilan sah rakyat Palestina.

Aspek lain yang mencolok termasuk kesepakatan pembentukan pemerintahan sementara rekonsiliasi nasional, yang berfokus pada rekonstruksi Gaza pasca konflik, dan seruan untuk mendirikan Negara Palestina yang merdeka sesuai dengan resolusi PBB.

Rekonsiliasi atau persatuan faksi-faksi di Palestina ini menjadi langkah penting dalam melawan penjajahan Israel yang sudah berlangsung selama puluhan tahun, dengan China memainkan peran penting dalam hal ini.

Langkah China untuk menyatukan faksi-faksi di Palestina ternyata merupakan salah satu gagasan Anies Baswedan saat melakukan kampanye pemilihan presiden Indonesia 2024 pada November 2023 lalu.

Anies Baswedan saat itu menegaskan bahwa Indonesia tidak perlu berharap terlalu banyak bisa menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Menurutnya, persatuan Palestina adalah cara yang tepat untuk melawan penjajahan Israel, dan rakyat Palestina bisa melihat contohnya langsung di Indonesia.

Anies menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia tidak perlu bersikap berlebihan di luar kapasitasnya. Sebab, hal tersebut di luar kemampuan otoritas Indonesia.

Dia juga menyinggung bagaimana Indonesia berhasil merebut kemerdekaan hingga proklamasi pada 17 Agustus 1945, yang dilakukan melalui negosiasi atau diplomasi, bukan perang.

“Kunci sebelum negosiasi adalah bersatu. Jadi, peran Indonesia adalah proaktif dalam mempersatukan Palestina,” jelas Anies.

“Apa sulitnya mengajak mereka ke sini? Melihat kehidupan kita di sini, ratusan atau ribuan dari mereka bisa tinggal di sini, melihat bagaimana kita bisa bersatu, tenang, teduh, dan membawa pengalaman itu kembali pulang,” tambahnya.