Jakarta, VIVA – Pada Kamis, 22 Agustus 2024, nama Marie Antoinette tiba-tiba menjadi salah satu trending topic di platform media sosial X (sebelumnya Twitter) di Indonesia. Tren ini mengejutkan banyak orang, mengingat Marie Antoinette adalah tokoh sejarah yang hidup lebih dari dua abad yang lalu.
Peningkatan perhatian terhadap Marie Antoinette di X dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya disinyalir terkait situasi panas menjelang pemilihan kepala daerah yang akan datang di Indonesia. Dalam suasana politik yang kian memanas, banyak pihak yang mengaitkan figur tertentu di dunia politik Indonesia dengan sosok Marie Antoinette.
Seperti apa sosok Marie Antoinette? Berikut rangkumannya dikutip dari berbagai sumber:
Kisah Marie Antoinette: Ratu yang Terkepung oleh Revolusi
Marie Antoinette, ratu terakhir dari Prancis sebelum Revolusi Prancis, adalah salah satu tokoh paling terkenal dan kontroversial dalam sejarah Eropa. Kehidupannya yang penuh kemewahan dan akhirnya yang tragis mencerminkan kegoncangan yang melanda Prancis pada akhir abad ke-18. Dari seorang putri Austria yang menikah dengan Louis XVI hingga menjadi simbol kemerosotan monarki Prancis, kisah Marie Antoinette diwarnai oleh kemewahan, skandal, dan kehancuran.
Kehidupan Awal dan Perjalanan Menjadi Ratu
Marie Antoinette lahir pada 2 November 1755 di Wina, Austria, sebagai putri dari Maria Theresa, Ratu Austria, dan Kaisar Romawi Suci, Franz I. Sebagai anak bungsu dari 16 bersaudara, Marie tumbuh di tengah lingkungan istana yang kaya dan berpengaruh. Pada usia 14 tahun, dia dinikahkan dengan Louis-Auguste, calon Raja Prancis, dalam sebuah perjodohan yang bertujuan mempererat aliansi antara Austria dan Prancis.
Pada tahun 1774, setelah kematian kakeknya Louis XV, suaminya naik takhta sebagai Louis XVI, menjadikan Marie Antoinette sebagai Ratu Prancis. Sebagai ratu muda, dia membawa pesona dan keanggunan yang memikat banyak orang di istana, tetapi gaya hidupnya yang boros segera menimbulkan kritik. Marie Antoinette dikenal dengan selera modenya yang mewah, kecintaannya pada pesta-pesta glamor, dan pemborosan dalam berbagai proyek istana, termasuk pembangunan desa pribadi di dalam Taman Versailles, yang semakin mengasingkan dirinya dari rakyat Prancis yang semakin miskin.
Skandal dan Kebencian Publik
Seiring waktu, Marie Antoinette menjadi target kebencian publik. Banyak rumor dan skandal yang tersebar, termasuk tuduhan yang tidak berdasar bahwa dia mengucapkan kata-kata terkenal “Let them eat cake” saat mendengar rakyat Prancis kelaparan. Meskipun tidak ada bukti bahwa dia pernah mengucapkan kalimat itu, rumor ini memperkuat citra dirinya sebagai ratu yang tidak peduli dengan penderitaan rakyat.
Salah satu skandal terbesar yang menghancurkan reputasinya adalah “Skandal Kalung Berlian” pada tahun 1785. Marie Antoinette dituduh secara keliru telah terlibat dalam rencana penipuan yang melibatkan pembelian kalung berlian yang sangat mahal. Meskipun dia tidak bersalah, skandal ini semakin merusak citra publiknya dan membuat rakyat semakin membenci dirinya.
Revolusi Prancis dan Penangkapan
Pada akhir tahun 1780-an, situasi di Prancis semakin memburuk. Krisis keuangan, ketidakpuasan rakyat, dan seruan untuk reformasi menyebabkan terjadinya Revolusi Prancis pada tahun 1789. Pada tahun itu juga, Keluarga Kerajaan dipaksa meninggalkan Istana Versailles dan dipindahkan ke Tuileries di Paris di bawah pengawasan ketat.
Selama masa revolusi, Marie Antoinette dan keluarganya hidup dalam ketakutan dan ketidakpastian. Upaya melarikan diri dari Paris pada tahun 1791, yang dikenal sebagai Pelarian ke Varennes, gagal total dan semakin memperburuk situasi mereka. Pada tahun 1792, monarki dihapuskan, dan Louis XVI serta Marie Antoinette ditangkap dan dipenjara.
Pengadilan dan Eksekusi
Pada tahun 1793, Marie Antoinette dihadapkan pada pengadilan revolusioner yang menuduhnya berbagai kejahatan, termasuk pengkhianatan, konspirasi melawan negara, dan bahkan inses dengan putranya sendiri. Pengadilan ini pada dasarnya sudah diputuskan sebelumnya, dan Marie Antoinette dinyatakan bersalah.
Pada 16 Oktober 1793, Marie Antoinette dijatuhi hukuman mati. Dia dibawa ke Place de la Révolution (sekarang Place de la Concorde) di Paris dan dieksekusi dengan guillotine di depan kerumunan massa yang bersorak. Dengan kepala tegak dan tanpa menunjukkan ketakutan, Marie Antoinette mengucapkan kata-kata terakhirnya saat menginjak kaki algojo secara tidak sengaja, “Maafkan saya, Tuan. Saya tidak sengaja,” menunjukkan bahwa meskipun dalam menghadapi kematian, dia tetap mempertahankan martabatnya.
Warisan Marie Antoinette
Kisah Marie Antoinette terus hidup dalam sejarah sebagai lambang dari keruntuhan monarki Prancis dan perubahan besar yang melanda Eropa. Meskipun sering digambarkan sebagai ratu yang tidak peduli dan boros, penelitian sejarah modern menunjukkan sisi lain dari dirinya sebagai seorang ibu yang penyayang, istri yang setia, dan wanita yang menjadi korban dari situasi politik yang tidak sepenuhnya bisa dia kendalikan.
Marie Antoinette meninggalkan warisan yang penuh kontroversi, dengan namanya terus dikenang dalam buku-buku sejarah, film, dan budaya populer. Kisah hidupnya yang tragis adalah pengingat akan kekuatan sejarah dan bagaimana nasib individu dapat terjalin dengan perubahan besar dalam perjalanan sebuah bangsa.