LEADERSHIP OF INDONESIAN NATIONAL LEADERS [TEUKU UMAR]

by -159 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I]

Ada banyak contoh dalam sejarah bangsa kita di mana musuh melampaui kita dalam hal kekuatan, senjata, dan pengalaman. Namun, karena sikap yang tepat, karena kepemimpinan pemimpin kita yang jujur, patriotik, cerdas, rajin, dan tidak akan pernah tunduk pada dominasi negara asing, kita berhasil mengatasi segala rintangan berulang kali.

Salah satu kisah kepemimpinan paling cerdas di masa kolonial Nusantara berasal dari kisah kepemimpinan Teuku Umar. Sebagai anggota tentara Belanda, dia berhasil memperdaya Belanda dua kali dengan ‘perang-perangan palsu’ dan memperkuat gerakan perlawanan Aceh terhadap penjajah.

Sepanjang sejarah, telah terbukti berkali-kali bahwa kunci kejayaan suatu bangsa adalah kepemimpinan. Ketika saya berada di angkatan bersenjata, saya belajar sebuah pepatah yang relevan bagi setiap prajurit di berbagai periode: ‘tidak ada prajurit buruk, hanya komandan yang buruk’.

Saya belajar pepatah lain sebagai seorang perwira muda: ‘Seribu kambing yang dipimpin oleh seekor harimau akan mengaum, namun seribu harimau yang dipimpin oleh seekor kambing akan mengembik’.

Salah satu kisah kepemimpinan paling cerdas di masa kolonial Nusantara adalah kisah Teuku Umar. Teuku Umar lahir di Meulaboh, Aceh Barat pada tahun 1854. Sejak kecil, Teuku Umar dikenal sebagai anak yang cerdas dan berani. Dia juga teguh dan gigih di hadapan kesulitan.

Teuku Umar berusia 19 tahun ketika dia pertama kali mengangkat senjata dan melawan Belanda di awal agresi Belanda pertama pada tahun 1873. Saat dia berusia 29 tahun, dia berpura-pura menjadi kolaborator Belanda dan masuk ke dalam dinas militer Belanda. Dia disambut oleh Gubernur Van Teijn, yang bermaksud menggunakan Teuku Umar sebagai ‘agen’ untuk memperoleh simpati Aceh.

Teuku Umar membuktikan kemampuannya kepada Belanda dengan menghancurkan pos pertahanan Aceh. Akibatnya, dia diberikan peran lebih besar dalam memimpin 17 komandan dan 120 prajurit, termasuk seorang laksamana.

Perlawanan Teuku Umar terhadap Belanda dimulai ketika kapal Inggris “Nicero” terdampar pada tahun 1884. Kapten dan kru ditahan oleh Raja Teunom, yang menuntut uang tebusan. Pemerintah Kolonial Belanda mengutus Teuku Umar untuk merebut kembali kapal itu. Namun, dia menuntut agar diberikan banyak peralatan dan senjata. Belanda mengabulkan permintaannya.

Kemudian, Belanda terkejut oleh berita bahwa prajurit mereka yang bergabung dengan Teuku Umar semuanya tewas di tengah laut. Teuku Umar mengambil semua senjata dan peralatan. Teuku Umar telah berbalik badan dan memihak pada Aceh menentang mereka, membuat Belanda terkejut.

Perang yang berlarut-larut antara Aceh dan Belanda memaksa Teuku Umar untuk menyusun strategi baru, memanfaatkan trik lamanya yang sudah sangat dia kenal. Sebagai seorang ahli tipu muslihat, sepuluh tahun kemudian, dia menyerahkan diri kepada Belanda sekali lagi. Dia melakukannya dengan menyusun ‘pertempuran palsu’ dan menerjunkan pasukan untuk mengirim pesan rahasia. Belanda, terkesan, memberinya gelar ‘Teuku Johan Jenderal Utama-Pahlawan Belanda’. Tiga tahun kemudian, seperti yang bisa Anda tebak, Teuku Umar mengkhianati Belanda untuk kedua kalinya. Dia mengambil pasukannya dan 800 senjata, 25.000 peluru, 500 kg amunisi, dan $18.000 tunai.

Setelah bertahun-tahun berperang melawan Belanda, Teuku Umar terpojok saat tiba di pinggiran Kota Meulaboh. Tentara Belanda mengetahui lokasinya; Teuku Umar dan pasukannya dikelilingi. Dia dan pasukannya memilih untuk langsung menghadapi Belanda dan bertarung habis-habisan. Sebuah peluru musuh menembus dadanya. Teuku Umar mati sebagai seorang pahlawan.

Source link