Selasa, 27 Agustus 2024 – 04:45 WIB
Kabupaten Bogor, VIVA – Pembongkaran dan penataan kios di wilayah Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, memasuki tahap kedua pada Senin, 26 Agustus 2024, dan berlangsung dengan penuh drama. Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor yang menggagas langkah ini bertujuan untuk menata kembali kawasan Puncak agar lebih tertib dan teratur.
Namun, langkah tersebut mendapatkan perlawanan sengit dari para pemilik warung yang telah lama menggantungkan hidup mereka di lokasi ini. Sejak pagi, para pedagang yang mengetahui bahwa kios mereka akan dibongkar telah bersiap-siap untuk menghadapi kedatangan petugas. Ketika tim dari Satpol PP dan aparat lainnya tiba di lokasi untuk menjalankan tugas mereka, suasana segera berubah menjadi tegang.
Para pedagang yang merasa terancam oleh kebijakan ini, menggelar aksi penolakan dengan melakukan orasi di depan petugas. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan tempat mereka berdagang, yang bagi mereka bukan sekadar tempat mencari nafkah, tetapi juga rumah dan sumber penghidupan yang telah mereka tekuni selama bertahun-tahun. Suasana semakin haru saat tangisan para pedagang mulai terdengar di tengah kerumunan. Mereka memohon dengan segala cara agar warung mereka tidak dibongkar, berharap ada belas kasihan dari pihak yang berwenang.
Salah satu momen paling memilukan adalah ketika Masroh, seorang ibu yang telah lama bermukim di lokasi tersebut, menangis histeris saat melihat tempat tinggalnya yang sekaligus menjadi tempat mencari nafkah mulai dibongkar. Masroh bukan hanya kehilangan tempat berjualan, tetapi juga kehilangan rumah yang telah menjadi bagian dari hidupnya sejak ia lahir.
Masroh bercerita dengan penuh kepedihan bahwa tempat itu bukan hanya sekadar lahan bisnis baginya, tetapi juga tempat yang memberikan rasa aman dan kenyamanan. “Saya cuma jualan kopi, mie, saya tidak mencari kekayaan. Saya cuma butuh penyambung hidup. Ini tempat tinggal, tempat berjualan,” jelasnya dengan air mata yang terus mengalir. Masroh bukan satu-satunya yang menolak direlokasi ke rest area Gunung Mas, yang disediakan oleh pemerintah daerah sebagai alternatif. Banyak pedagang lain yang juga menolak karena merasa bahwa lokasi baru tersebut tidak menjamin kelangsungan bisnis mereka. Mereka khawatir bahwa pelanggan…