Pentingnya Sektor Pangan di Tengah Penurunan Anggaran Pertanian

by -13 Views

Membangun kemandirian pangan di Indonesia bukanlah hal yang bisa dicapai hanya dengan slogan belaka, namun memerlukan langkah konkret berupa kebijakan dan alokasi anggaran yang memadai. Hal ini disampaikan oleh Anggota DPR-RI terpilih periode 2024-2029, Bambang Haryo Soekartono (BHS), yang mengungkapkan keprihatinannya terhadap penurunan anggaran Kementerian Pertanian yang disetujui oleh Kementerian Keuangan untuk tahun anggaran 2025 menjadi Rp8 triliun, dari anggaran sebelumnya yang mencapai Rp24 triliun pada tahun 2018.

Menurut BHS, sektor pangan tidak hanya penting sebagai penggerak ekonomi utama di Indonesia, namun juga vital dalam menjaga kehidupan manusia serta pertumbuhan generasi muda di masa mendatang. Dia menyoroti bahwa sektor pangan menjadi basis dari bisnis UMKM yang telah lama menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Dengan porsi UMKM sebesar 70 persen dari perekonomian nasional dan menyerap 97 persen dari total tenaga kerja, penting bagi pemerintah untuk memahami dan memberikan fokus yang lebih besar terhadap ketahanan pangan demi stabilitas ekonomi negara.

BHS juga menekankan potensi besar Indonesia sebagai negara penghasil pangan, mengingat sumber daya alam dan geografis yang melimpah di tanah air. Dia menyoroti bahwa pangan juga memiliki peran vital dalam pertahanan negara, dimana tanpa ketersediaan pangan yang cukup, kekuatan pertahanan suatu negara akan terancam. Oleh karena itu, dia mendukung usulan Kementan untuk peningkatan anggaran dalam berbagai hal yang mendukung produksi pangan, seperti pupuk subsidi, benih unggul, obat hama, dan irigasi pertanian.

Dengan optimalisasi lahan tanam yang mencapai 70 juta hektar, BHS yakin bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai swasembada pangan bahkan menjadi lumbung pangan dunia. Dengan perhitungan yang matang, BHS menegaskan bahwa Indonesia mampu mencapai produksi beras sebanyak 100 juta ton per tahun, yang akan mencukupi kebutuhan dalam negeri dan bahkan bisa diekspor ke negara lain. Dia menutup pernyataannya dengan mengingatkan pentingnya kemandirian pangan agar Indonesia tidak tergantung pada negara lain dan tetap kuat di kancah global.