Investor kini tengah menantikan langkah-langkah ekonomi yang akan diambil oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Situasi ini memunculkan antusiasme terutama terkait pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS, The Fed. Sejak mencapai puncaknya pada level 5,5 persen, suku bunga telah mengalami penurunan sebesar 100 basis poin. Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap penurunan inflasi yang mencolok dari 9 persen menjadi 3 persen dalam kurun waktu 18 bulan terakhir.
Meskipun demikian, para pejabat Bank Sentral tetap menunggu hingga inflasi mencapai target 2 persen sebelum mempertimbangkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Hal ini mengindikasikan kemungkinan kebijakan moneter saat ini akan dipertahankan tanpa adanya pemangkasan lebih lanjut dalam waktu dekat. Analis Nanovest mengungkapkan harapan investor saham dan kripto agar suku bunga The Fed terus turun hingga mencapai level 2,5 persen, yang berarti pemangkasan tambahan sebesar 200 bps dari posisi saat ini.
Namun, kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh Trump, terutama terkait penerapan tarif impor, dianggap dapat menghambat skenario pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Jika kebijakan tarif agresif terus berlanjut, The Fed mungkin akan mengambil langkah sebaliknya dengan menaikkan suku bunga untuk mengendalikan dampak inflasi yang timbul akibat kebijakan proteksionis.
Di sisi lain, pengenaan tarif terhadap mitra dagang utama seperti China, Meksiko, Kanada, dan Kolombia bersamaan dengan ancaman tarif baru terhadap Uni Eropa dapat memperburuk kondisi inflasi di AS. Jika kebijakan tersebut terus berlanjut dan berkembang menjadi perang dagang yang lebih luas, dampaknya terhadap harga barang dan jasa diperkirakan semakin besar. Hal ini tentunya dapat memberikan kesulitan bagi investor yang berharap suku bunga terus turun, karena kenaikan inflasi kemungkinan akan mendorong The Fed untuk menggencarkan kebijakan moneter yang lebih ketat.