Industri kripto mengalami lonjakan peretasan yang signifikan selama kuartal pertama 2025, dengan total kerugian mencapai USD 1,63 miliar atau sekitar Rp 26,9 triliun menurut laporan dari PeckShield dan Immunefi. Lonjakan ini menandai peningkatan 131% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatat kerugian sebesar USD 706 juta. Peretasan ini menyasar berbagai platform kripto terbesar, dengan Bybit kehilangan dana hingga USD 1,46 miliar atau sekitar 92% dari total kerugian. Bursa Phemex juga menjadi korban dengan kehilangan USD 69,1 juta dalam serangan ini.
Trend peretasan ini sebagian besar menyasar bursa kripto terpusat (CEX), yang berkontribusi sebesar 94% dari total dana yang dicuri. Berbeda dengan tren sebelumnya yang lebih banyak menargetkan platform keuangan terdesentralisasi (DeFi). Bulan Februari mencatat sebagai bulan paling buruk bagi industri kripto dengan kerugian total mencapai USD 1,53 miliar, dimana sebagian besar kerugian berasal dari serangan terhadap Bybit. Meskipun bulan Januari mencatat kerugian yang lebih rendah, angka tersebut melonjak secara drastis pada bulan berikutnya.
Pada bulan Maret, meskipun terdapat 20 insiden peretasan, total kerugian mengalami penurunan signifikan hingga 97% dibandingkan bulan sebelumnya. Serangan terbesar terjadi pada tanggal 25 Maret saat peretas berhasil menguras 6.260 ETH senilai USD 13 juta dari platform Abracadabra.Money. Peretasan lain yang signifikan meliputi protokol restaking Zoth dengan kerugian senilai USD 8,4 juta dan zkLend yang juga kembali menjadi target dengan kerugian sebesar USD 8,32 juta. Hal ini menunjukkan bahwa platform pinjaman DeFi masih tetap menjadi sasaran utama peretas.