Perbandingan Keamanan: Open Source vs Closed Source di Kripto

by -17 Views

Dunia kripto dulu dikenal sebagai gerakan akar rumput yang penuh semangat terbuka (open source). Saat teknologi seperti Bitcoin pertama kali muncul, orang dapat melihat, memeriksa, dan berkontribusi pada kode programnya. Transparansi dan keterbukaan menjadi fondasi utama yang membuat orang percaya pada sistem ini karena segalanya dapat diperiksa sendiri.
Namun, dengan perkembangan teknologi kripto, muncul tantangan dari sisi open source. Banyak proyek baru, seperti platform smart contract dan aplikasi keuangan terdesentralisasi (DeFi), yang kode programnya disalin oleh pihak lain untuk membuat produk serupa demi mencari keuntungan tanpa memprioritaskan desentralisasi.
Sebagai contoh, banyak versi tiruan dari Uniswap dan Ethereum muncul yang fokus pada kecepatan dan biaya murah namun kurang memperhatikan desentralisasi. Seiring dengan itu, beberapa tim pengembang memilih jalur berbeda dengan menutup akses ke kode sumbernya (closed source) untuk melindungi desain dan mencegah penyalahgunaan.
Meskipun tujuannya adalah untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi risiko serangan, pendekatan tertutup ini juga menuai kritik. Banyak yang menganggapnya sebagai “keamanan melalui kerahasiaan” karena kelemahan sistem disembunyikan. Pendekatan ini dianggap bertentangan dengan semangat awal dunia kripto yang menghargai keterbukaan, transparansi, dan kontrol dari komunitas bukan segelintir orang saja. Maka dari itu, apa yang awalnya dimulai oleh para “cypherpunk” dan penggemar kebebasan digital mulai beralih menjadi mirip dengan institusi keuangan tradisional yang sebenarnya ingin mereka lawan.

Source link