Botoks atau toksin botulinum semakin populer sebagai prosedur perawatan estetika untuk mengurangi kerutan dan garis halus di wajah. Dengan cara melemahkan otot tertentu secara sementara, botoks dipilih oleh banyak orang yang ingin kulit halus dan awet muda tanpa operasi. Meskipun sederhana, prosedur ini membutuhkan pengetahuan medis yang memadai dan perlu diingat bahwa penggunaan botoks juga dapat memiliki efek samping seperti bengkak, memar, otot wajah kaku, dan reaksi alergi. Oleh karena itu, konsultasi dengan dokter dan pemahaman akan dosis yang diperlukan sangat penting sebelum menjalani prosedur botoks.
Perusahaan di bidang farmasi dan estetika di Indonesia melakukan pelatihan untuk memperkuat pengetahuan medis terkait penggunaan botoks dengan benar. Salah satunya adalah melalui Aesthetic Medicine Updates Seminar and Exhibition (AMUSE) 2025 yang diadakan di Jakarta dan Tangerang pada bulan Juni. Lebih dari 1.200 dokter dari berbagai spesialisasi menghadiri acara tersebut dan mendapatkan pelatihan dari ahli asal Korea Selatan, seperti Dr. Kyung-tae Bae dan Dr. Jae-yoon Jung, mengenai penggunaan botoks dengan metode perawatan kombinasi yang sesuai dengan kondisi pasien.
Selain botoks, pelatihan tersebut juga membahas penggunaan filler berbasis asam hialuronat, benang medis polydioxanone untuk pengencangan wajah, dan skin booster berbahan CaHA. Program edukasi semacam ini penting untuk meningkatkan kualitas layanan medis di Indonesia dan dengan memanfaatkan produk estetika medis yang diakui secara global, diharapkan dapat memberikan pelatihan yang profesional dan mendalam bagi tenaga medis lokal.