Perselingkuhan dan perceraian selebritis belakangan ini telah menjadi topik hangat di masyarakat Indonesia. Banyak spekulasi yang beredar mengenai apakah perselingkuhan dapat diturunkan dari generasi ke generasi. Namun, psikoterapis klinis Dr. LeslieBeth (LB) Wish menjelaskan bahwa jawabannya tidaklah simpel.
Menurut Dr. LeslieBeth, perilaku berselingkuh bisa menjadi respons negatif dari ketidakbahagiaan dalam hubungan. Perilaku ini juga bisa dipelajari dari keluarga atau lingkungan sekitar yang menunjukkan pola perilaku serupa. Ada klaim bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan di mana salah satu orang tua berselingkuh, cenderung juga melakukan perilaku serupa di kemudian hari.
Para ilmuwan juga mencurigai bahwa ada kaitan antara gen tertentu yang disebut DRD4 dengan kecenderungan untuk berselingkuh. Studi yang dilakukan di Binghamton University menemukan bahwa individu dengan jenis gen DRD4 tertentu lebih cenderung untuk melakukan perselingkuhan. Gen DRD4 dikaitkan dengan kebutuhan akan rangsangan dan sensasi baru yang bisa menyebabkan seseorang tergoda untuk berselingkuh.
Dopamin, hormon kebahagiaan, juga memainkan peran penting dalam perilaku berselingkuh. Orang dengan gen DRD4 biasanya membutuhkan lebih banyak stimulasi untuk merasa puas, sehingga berpotensi untuk terlibat dalam perilaku berselingkuh. Ini menunjukkan bahwa ada faktor genetik yang dapat memengaruhi kecenderungan seseorang untuk berselingkuh.
