Apakah Alasan Mistis di Balik Pembangunan Menara Saidah Atas Kuburan Warga?

by -132 Views

Masyarakat Jakarta tampaknya sudah tidak asing lagi dengan keberadaan Menara Saidah di kawasan Cawang, Jakarta Timur. Tak jarang warga sekitar menceritakan kisah mistis terhadap keberadaan gedung kosong tersebut dan kerap menimpa para driver ojek online.

Beberapa tahun silam, Menara Saidah difungsikan sebagai gedung perkantoran yang terdiri atas 28 lantai. Pada saat dibangun tahun 1990-an, gedung tersebut dimiliki oleh keluarga suami Inneke Koesherawati, Fahmi Darmawansyah dan kini dimiliki oleh Keluarga Saidah.

Di samping kisah mistis, Menara Saidah ini sebetulnya memiliki desain yang cukup mewah dan elegan. Bagaimana tidak, gedung dengan gaya Eropa Kuno tersebut dihiasi dengan sederet patung dewa-dewi Romawi serta pilar menjulang tinggi di sekitarnya.

Namun sayang, keindahan gedung tersebut tidak bisa menolong gedung ini untuk terus beroperasi. Sebab, Menara Saidah resmi ditutup sejak tahun 2007 karena ada isu yang mengatakan bahwa pondasi gedung tersebut miring hingga membahayakan penghuninya.

Salah satu lembaga yang sempat menyewa gedung ini adalah Kementerian Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia dan Sekretariat Panitia Pemilihan Umum (PPU) tahun 1999. Saat itu ada 34 tenant yang menyewa ruangan tersebut untuk dijadikan kantor.

Namun, pada tahun 2007 satu persatu penyewa Menara Saidah meninggalkan gedung tersebut sampai akhirnya resmi ditutup. Sampai saat ini, Menara Saidah masih berdiri kokoh, tapi tampak menyeramkan karena tidak berpenghuni.

Selain kondisi bangunannya yang memicu kontroversi, asal-usul gedung tersebut juga tidak kalah membuat kaget. Menurut penuturan dari Ketua RW 01 Kelurahan Cikokol, H Beni, Menara Saidah dibangun di atas makam warga.

Akhirnya, jasad yang sudah menjadi tulang belulang itu harus dipindahkan ke tempat lain oleh ahli waris. Namun, membangun gedung di atas makam tersebut menimbulkan banyak risiko, terutama soal berbagai kejadian mistis yang sempat dialami.

“Bener. Di tengah-tengah banyak kuburan. Pada waktu tahap pembangunan banyak aja macem-macemnya lah. Mesin-mesin itu hidup sendiri. Mesin udah dimatiin dia hidup,” tutur H Beni dalam tayangan Silet.

“Saya bukan ahlinya tapi saya denger rumor-rumor ada kemiringan sekian-sekian. Orang luar memang banyak. Beberapa kali warga kami mereka moto-moto di sampingnya itu ada. Tapi itu udah nggak aneh kalau untuk warga,” tutur H Beni.