Ancaman Perdamaian Regional oleh Pendekatan Agresif Beijing

by -90 Views

Jakarta – Situasi di Laut China Selatan semakin memanas, terutama setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan bahwa negaranya akan membela Filipina jika diserang oleh China.

Baca Juga :

Indonesia Mengeluarkan Paket Kebijakan untuk Mengatasi Dampak El Nino

China dan Filipina sedang berselisih tentang wilayah di Laut China Selatan, dan situasinya semakin memanas setelah terjadi tabrakan antara kapal penjaga pantai Filipina dan China.

Dikutip dari BBC, Joe Biden menyatakan bahwa komitmen pertahanan AS untuk melindungi Filipina sangat kuat, sesuai dengan kesepakatan pertahanan antara kedua negara tersebut.

Baca Juga :

Jaringan Kota Cerdas ASEAN-Jepang, Dirjen Bina Adwil Ungkap 6 Prioritas Pembangunan Kota Tangguh

Menanggapi hal ini, Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) meminta Indonesia dan negara-negara internasional untuk mendesak China agar menghentikan klaim wilayah semena-mena di Laut China Selatan, untuk menghindari perang dengan Filipina.

Peneliti senior CENTRIS, AB Solissa mengatakan bahwa China seharusnya menghentikan semua aktivitas mereka di Laut China Selatan, yang dapat memicu konflik dengan negara lain, termasuk Filipina.

Baca Juga :

Bahaya, Pesawat Tempur China Hampir Menabrak Bomber B-52 Milik AS di Laut China Selatan

“Pendekatan agresif Beijing di Laut China Selatan jelas mengancam perdamaian regional di kawasan tersebut. Tiongkok baru-baru ini semakin agresif terhadap Filipina di Laut China Selatan,” kata AB Solissa kepada wartawan, Jumat 27 Oktober 2023.

ilustrasi China menggelar latihan militer selama enam hari di Laut China Selatan

Dengan membatasi akses penjaga pantai Filipina terhadap navigasi bebas di Laut China Selatan, AB Solissa menambahkan bahwa Beijing tidak hanya mengganggu stabilitas perdamaian regional, tetapi juga secara terang-terangan menyatakan niatnya untuk menciptakan konfrontasi dengan Manila.

Negara-negara lain juga mengklaim bahwa Tiongkok melakukan perubahan sepihak terhadap status quo dengan membangun pulau buatan di terumbu karang yang dipersengketakan, dilengkapi dengan bangunan permanen.

Pulau-pulau buatan yang diperdebatkan ini dianggap sebagai pangkalan militer China di wilayah perairan yang sebenarnya merupakan wilayah banyak negara di Asia Tenggara.

“Berdasarkan laporan media, diketahui bahwa Tiongkok juga melakukan reklamasi dan konstruksi massal di wilayah yang dipersengketakan, termasuk membangun infrastruktur militer seperti landasan udara dan sistem rudal untuk mengintimidasi wilayah tersebut,” kata AB Solissa.

Pasukan maritim Tiongkok juga terkenal sering menciptakan konflik dengan Filipina, di mana armada laut Beijing sering mengganggu kapal penangkap ikan dan nelayan Filipina.

Angkatan Laut Tiongkok juga dilaporkan telah memblokir pasokan ke BRP Sierra Madre, sebuah kapal perang era Perang Dunia II yang saat ini berfungsi sebagai pos terdepan Korps Marinir Filipina yang bertugas menjaga kedaulatan Filipina atas kepulauan Spratly yang dipersengketakan.

VIVA Militer: Formasi kapal perang Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China

“Secara historis, dua wilayah ini memiliki sejarah yang bergejolak. Partai Komunis Tiongkok pada masa lalu tidak hanya mendukung, tet