Gunung Marapi: Kisah Legenda Mak Lampir

by -68 Views

Sumatera Barat – Gunung Marapi menjadi sorotan publik sepanjang pekan ini setelah mengalami erupsi dan letusan akhir pekan lalu yang menewaskan puluhan orang.

Proses pencarian dan evakuasi korban masih terus berlangsung, dengan tim SAR gabungan berhasil menemukan satu pendaki lagi yang tewas. Total korban jiwa hingga Rabu sore mencapai 23 orang.

Meskipun tragedi tersebut sedang terjadi, gunung yang terletak di Sumatera Barat memiliki sejumlah kisah dan legenda yang terkait dengannya. Salah satunya adalah legenda Mak Lampir.

Mak Lampir sudah populer sejak era 1980-an melalui sandiwara radio ”Misteri Gunung Merapi” dan kemudian diadaptasi menjadi film pada era 90-an dengan judul ”Perempuan Berambut Api” dan ”Cambuk Api”.

Legenda tentang Mak Lampir sebenarnya berasal dari Sumatra Barat, bukan dari Jawa seperti yang banyak diketahui. Cerita Mak Lampir berkembang menjadi sinetron pada era 2000-an dengan judul “Misteri Gunung Merapi” yang menceritakan tentang Mak Lampir sebagai seorang pendekar penganut ilmu hitam.

Dari berbagai sumber, konon ceritanya, Mak Lampir merupakan seorang putri dari kerajaan kuno, yakni Champa (Chiem Thanh) yang berdiri di abad ke-7. Kekuasaan Kerajaan Champa mencapai Vietnam Tengah dan Selatan.

Nama asli Mak Lampir adalah Siti Lampir Maimunah. Legenda Mak Lampir pun sebenarnya berasal dari Sumatra Barat, bukan dari Jawa. Mitologi Mak Lampir lahir di Kabupaten Agam, Bukit Tinggi, tempat Gunung Marapi berdiri. Mak Lampir dikaitkan dengan legenda 7 Manusia Harimau di Sumbar, Bengkulu, dan Lampung.

Mak Lampir adalah seorang gadis yang cantik, baik, dan sangat pemalu. Ketika dewasa, Mak Lampir terpesona dengan seorang pemuda pengembara yang melintasi kampungnya. Pengembara itu bernama Datuk Panglima Kumbang, yang ternyata seorang bangsawan bergelar Datuk. Datung Panglima Kumbang juga merupakan panglima dari alam kegelapan. Datuk Panglima Kumbang disebut dapat mengubah wujudnya menjadi seekor macan kumbang atau harimau.

Perasaan Mak Lampir kepada Panglima Kumbang sebenarnya saling terbalas. Namun, hubungan keduanya tidak mendapatkan restu karena Kerajaan Champa mengetahui bahwa Sang Datuk berasal dari kaum siluman. Sementara keluarga Panglima Kumbang juga mengetahui Mak Lampir berasal dari klan manusia.

Mak Lampir pun memutuskan menyepi dan bertapa di kaki Gunung Marapi. Ia bahkan bisa masuk ke alam siluman dan menemukan Panglima Kumbang, meski usahanya tidak membuahkan hasil.

Di dalam pertapaannya itu, Mak Lampir bertemu dengan seorang pertapa lain yang akhirnya menjadi gurunya, dan membuatnya jadi wanita yang sangat sakti. Guru Mak Lampir itu bernama Nenek Serintil, yang dikatakan cukup sakti mandraguna dari aliran hitam Anggrek Jingga. Nenek Serintil dikisahkan adalah seorang pertapa berasal dari Pulau Jawa yang memuja Batara Kala, sosok dewa yang disimbolkan sebagai raksasa yang berwajah menyeramkan.

Setelah mendapatkan kesaktian, Mak Lampir lalu mengembara untuk mencari Panglima Kumbang. Ia juga menjelajah alam siluman untuk menemukan sang pujaan hati.

Suatu hari, Mak Lampir mendapatkan kabar Datuk Panglima Kumbang tewas dalam sebuah pertempuran. Mendengar kabar duka itu, Mak Lampir langsung mengerahkan seluruh ilmunya untuk membangkitkan Panglima Kumbang. Ia mendapatkan warisan ilmu dari gurunya Nenek Serintil yang bisa membangkitkan siluman mati.

Sayangnya, ilmu membangkitkan siluman mati bukan tanpa konsekuensi. Setelah Panglima Kumbang hidup kembali, kecantikan Mak Lampir langsung memudar. Wajah cantiknya menjadi tumbal.

Namun dengan kesaktiannya, Nenek Serintil kemudian membekali Mak Lampir dengan ilmu yang mampu membangkitkan kaum siluman yang telah mati. Hanya saja, kecantikan Mak Lampir harus menjadi tumbalnya.

Namun setelah bangkit dari kematian, Panglima Kumbang tidak percaya ketika melihat penampilan Mak Lampir yang menjadi buruk rupa dan menyeramkan. Mak Lampir sakit hati melihat pemuda yang dicintainya justru membencinya. Dendam pun mulai muncul di hati Mak Lampir, dan ia berjanji akan terus memerangi kaum siluman dan Datuk Panglima Kumbang.

Untuk memerangi bangsa siluman, Mak Lampir pun pergi ke Pulau Jawa untuk bersekutu dengan jin. Ia menggalang kekuatan dari bangsa jin, penguasa Gunung Merapi di Jawa.

Selain itu, Mak Lampir pindah ke Pulau Jawa juga untuk mendapatkan ilmu yang belum sempurna. Gunung Merapi di Pulau Jawa ia jadikan sebagai pesemayaman dan mendirikan sebuah kerajaan gaib.

Mitos yang beredar di masyarakat Jawa adalah, Mak Lapir masih hidup dan tidak bisa mati. Keberadaan kerajaan jin yang membuat masyarakat sekitar Gunung Merapi percaya pada mitologi Mak Lampir.